Cerita Pendek Beras di Parasan Amak

"Hari ini keatas, tidak akan ada lagi orang yang akan menabung beras sebagaimana yang Amak lakukan hari ini dan sebelum-sebelumnya." Begitu ucapan ibu kepada saya suatu ketika.

Karena waktu itu saya masih kecil, duduk di awal bangku SD, saya belum mengerti maksud beliau. Saya hanya mengangguk-angguk kepada ibu yang telah melahirkan dan saya panggil dengan sebutan Amak itu.

Dulu, setiap akan menanak nasi, Amak saya mengambil beras yang disimpan dalam suatu wadah yang disebut parasan

Parasan adalah suatu belanga besar yang terbuat dari tanah liat yang fungsinya memang untuk menyimpan beras dan ditaruh di bawah tempat tidur.

Amak selalu mengambil beras dengan niru karena setelah itu beras yang ditakar dengan alat cupak akan ditampi supaya bersih dari atah dan pasir yang mungkin masih terbawa saat menumbuk padi di lesung atau kincir penumbuk padi.
Amak memang mahir menampi beras sehingga bersih dan atah pun bisa tersisih dari beras sehingga mudah dikutip. 

Tak ada beras yang terbuang saat menampi. Dan kata Amak, beras tak boleh terbuang sebutir pun. Mungkin yang sebutir itu akan jadi nasi dan itu yang akan mengenyangkan perut!

Usai ditampi, sebelum memasukkan ke dalam periuk penanak nasi, Amak saya selalu mengambil beras itu, satu atau dua genggaman tangan. Kemudian memindahkannya ke dalam wadah bambu besar sebagai tabung beras. Amak bilang, untuk tabungan beras.

Sekarang, zaman sudah berubah, serba canggih kata orang. Saya mulai dapat memahami hal-hal bersifat tradisional yang dilakukan Amak saya dulu.

Menabung tidak hanya dalam bentuk uang atau emas dan perak. Menabung beras bukan mustahil untuk diterapkan juga saat ini. Apalagi dalam kondisi ekonomi semakin sulit.
Lihat juga : Cerpen : Beruk Gedang
Amak juga telah mengajari saya filosofi agar tidak menyia-nyiakan padi, beras atau nasi sebutir pun. Karena kita tidak tahu butir padi, beras atau nasi mana yang paling membuat perut kenyang dan mendatangkan berkah.***

Artikel Terkait :

  • Tidak Bertepuk Sebelah Tangan Selama ini Mirna telah menjadi sosok sentris dalam kehidupanku. Bayangannya telah mengisi lembar demi lembar catatan perjalanan hidupku. Na… Read More...
  • Cerpen Anak BakoMusri memutar sedikit kepalanya ke kiri sembari terus memandang ke depan. Siap mendengar jawaban Evie yang duduk di boncengan belakangnya.“R… Read More...
  • Nekad Karena Aku CemburuNekad karena aku cemburu - Laki-laki itu menghentikan langkahnya. Diam di tempat. Tidak menoleh kekiri atau ke kanan. Juga tidak hendak… Read More...
  • Bocah Kecil dan Sang KakekSeorang bocah tampak berlari-lari kecil di halaman rumah yang berumput rendah. Wajahnya penuh kegembiraan. Tangan kanannya agak terangkat sa… Read More...
  • Iuran Uang Minyak Seperti biasa, Dusun Rimbo Panjang memang selalu sepi kalau sudah masuk waktu Magrib.  Selain karena belum disentuh penerangan listrik… Read More...