Tak Mesti Memilikimu

Tak mesti memilikimu - Herman mengarahkan perhatian ke pentas pesta. Matanya tertuju pada Andriani yang sedang bernyanyi. Lagu melayu dangdut lawas, Bukan Tak Mampu itu, terdengar mengalun merdu di telinga Herman.

Ilustrasi gambar (pexels.com)

Ia baper sendiri. Lirik lagu  yang disuarakan Andriani seakan-akan tertuju untuk dirinya. Oleh sebab itu tak sedetik pun matanya beralih dari Andriani.

Getar-getar suara Andriani membawakan lagu yang pernah dipopulerkan Minawati Dewi itu meresap ke dalam hatinya.

"Aku memang tak mungkin memilikimu, Ani. Tapi melihat dirimu aku sudah bahagia." bisik hati Herman berkomentar.

Entah kenapa hatinya terpaut pada Andriani. Ia sering mengutuk dirinya. Mengapa harus Andriani yang ada selalu di hatinya. 

Ia tak berharap kalau Andriani juga suka padanya. Bahkan ia tak ingin keluarga Andriani berantakan.  

Banyak gadis atau pun janda yang lagi menjomblo. Tak terikat oleh ikatan apa pun. Herman tinggal memilih satu bahkan dua diantara mereka itu kalau ia mau.

"Ayo, coba mas Herman tampil ke atas pentas. Ikut nyanyi dong..." seru Andriani tiba-tiba, membuat Herman tekesima.

Tanpa disadarinya ternyata Andriani sudah selesai bernyanyi dan memanggilnya melalui pengeras suara.

Ia jadi malu. Untung tamu undangan lainnya tidak mengetahui kalau dirinya dari tadi asyik nenyimak Andriani bernyanyi.

Herman memberi isyarat kalau ia tidak bisa bernyanyi. Namun Andriani tetap bersikeras memanggilnya.

"Yuk kita duet, mas Herman..."

Tak ingin waktu terbuang oleh Andriani hanya untuk memanggil dirinya. Herman pun bangkit dan melangkah menuju pentas.

"Lagunya apa, mas Herman?"

"Bukan Tak Mampu..."

"Barusan sudah Ani bawakan, mas..."

"Ia tapi kali ini versi mas Herman sendiri," balas Herman.

Andriani tersenyum. Setuju kalau mas Herman kembali membawakan lagu yang sudah dinyanyikannya.

Meskipun agak kikuk, Herman akhirnya kelar membawakan lagu dangdut lawas itu. 

Herman bukannya jadi puas telah bernyanyi di pentas. Justru perasaannya  jadi galau. Khawatir orang banyak tau, kalau telah terjadi apa-apanya antara dirinya dan Andriani.***

Artikel Terkait :

  • Hidup dalam Penantian Hidup dalam penantian - Tubuh bungkuknya seakan-akan ingin mencium tanah, itu semua untuk menghidupi anak semata wayangnya.  Dulu tang… Read More...
  • Gaji Ketiga BelasGaji ketiga belas - Marios tersenyum lega. Memandangi sejumlah lembaran uang kertas berwarna merah di meja kamar kostnya. Baru saja ia kemba… Read More...
  • Cerpen Pasar Malam  “Selamat sore, masyarakat negeri Entah Berantah...! Nanti malam, anda akan dapat menikmati, aneka macam atraksi dan permainan, di pas… Read More...
  • Reuni Dua Hati Reuni dua hati - Suryadi memperlambat laju motornya ketika sampai di pertigaan jalan desa. Suara penyanyi dan musik orgen terdengar makin k… Read More...
  • Cerpen : Keputusan Guru Samin “Coba pikirkan kembali keputusan pak Samin,” ujar sang kepala sekolah di belakang mejanya. Pak Jumadi, sang kepala sekolah, sebenarnya tida… Read More...